Langsung ke konten utama

KONSEP MASYARAKAT DAN KONSEP MASYARAKAT MARITIM (WSBM)



MAKALAH
WAWASAN SOSIAL BUDAYA MARITIM
“KONSEP MASYARAKAT DAN KONSEP MASYARAKAT MARITIM”
Description: Logo_Unhas.jpg
Kelompok I
1.      Ainun Wulandari
2.      Khaerunnisa Nasir
3.      Nur Mujahidah
4.      Safira Maynar
5.      Mariam Umar
6.      Nur Yuliaindah
7.      Fauziah Achriani Ramlan
8.      Rachmat Hidayat AM
9.      Melki Dende B
10.  Rahmat Thabrani Ashari Amir
11.  M. Yusuf Hasbianto
12.  Nur Isnain Mustakin
13.  Nur Rahmah
14.  Putri Miranty
15.  Errina Risti Rezeki
16.  Abdul Rady Syam
17.  Ahmad Fatahillah

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2016
 

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Di dunia ada banyak individu yang tersebar diseluruh dunia, mereka membentuk sebuah sistem yang saling berikatan dan mempunyai ketergantungan antara satu individu dengan individu lainnya yang tidak dapat dipisahkan dan umumnya individu dalam ketergantungannya membentuk kelompok, kelompok tersebut dikenal dengan masyarakat.
Masyarakat menurut koentjaraningrat (1980), ialah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat-istiadat tertentu yang bersifat kontinyu dan terikat oleh suatu rasa identitas bersama. Kesatuan hidup manusia yang disebut masyarakat ialah berupa kelompok, golongan, komunitas, kesatuan suku bangsa (ethnic grup) atau masyarakat negara bangsa (nation state). Interasksi yang kontinyu ialah hubungan pergaulan dan kerja sama antar anggota kelompok atau golongan, hubungan antar warga dari komunitas, hubungan antar warga dalam satu suku bangsa atau antar warga negara bangsa. Adat istiadat dan identitas ialah kebudayaan masyarakat itu sendiri.
1.2.Tujuan
Untuk mengetahui konsep masyarakat secara umum dan konsep masyarakat maritim.
PEMBAHASAN
A.    Konsep Masyarakat
Masyarakat menurut koentjaraningrat (1980), ialah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat-istiadat tertentu yang bersifat kontinyu dan terikat oleh suatu rasa identitas bersama. Kesatuan hidup manusia yang disebut masyarakat ialah berupa kelompok, golongan, komunitas, kesatuan suku bangsa (ethnic grup) atau masyarakat negara bangsa (nation state). Interasksi yang kontinyu ialah hubungan pergaulan dan kerja sama antar anggota kelompok atau golongan, hubungan antar warga dari komunitas, hubungan antar warga dalam satu suku bangsa atau antar warga negara bangsa. Adat istiadat dan identitas ialah kebudayaan masyarakat itu sendiri.
Konsep kelompok dicontohkan dalam kelompok kekerabatan (keluarga inti, keluarga luas, keluarga persepupuan, marga, dan lain-lain), kelompok kerja produktif (nelayan, petani, pedagang, olah ragam, seni, bela diri), dan lain-lain. Konsep golongan dicontohkan antara lain pada golongan pemuda, golongan agamawan, dan seniman/budayawan.
Kelompok komunitas mengacu pada kesatuan hidup manusia dengan jumlah anggota besar dan keterikatan pada wilayah geografi tertentu seperti komunitas-komunitas petani, nelayan, dan komunitas masyarakat kota yang hidup dari berbagai sektor ekonomi jasa, industry, perdagangan baik formal maupun informal.
Konsep suku bangsa mengacu pada kesatuan hidup manusia memiliki dan dicirikan dengan serta sadar akan kesamaan budaya (sistem-sistem pengetahuan, bahasa, organisasi sosial , pola ekonomi, teknologi, seni, kepercayaan). Contoh dari kesatuan hidup manusia yang disebut suku bangsa seperti suku bangsa-suku bansa Jawa, Sunda, Minangkabau, Batak, dan lain-lain.
B.     Konsep Masyarakat Maritim
Dengan mengacu kepada konsep masyarakat dikemukakan sebelumnya, maka masyarakat bahari dipahami sebagai kesatuan-kesatuan hidup manusia berupa kelompok-kelompok kerja, komunitas sekampung atau sedesa, kesatuan suku bangsa, kesatuan administratif berupa kecamatan, provinsi, bahkan bisa merupakan negara atau kerajaan, yang sebagian besar atau sepenuhnya menggantungkan kehidupan ekonominya secara langsung atau tidak langsung pada pemanfaatan sumber daya laut (hayati dan nonhayati) dan jasa-jasa laut, yang dipedomani oleh dan dicirikan bersama dengan kebudayaan baharinya.
1.    Masyarakat Maritim Ideal di Indonesia
Secara ideal, semua masyarakat Indonesia termasuk masyarakat maritim. Dikatakan demikian, karena penduduk negara kepulauan ini pada umumnya memiliki wawasan dan gambaran dunia laut yang luas, pulau-pulau besar dan kecil yang menaburi lautan tersebut, dan penduduk dengan keragaman etnis menghuni pulau-pulau yang berjejer dari Sabang sampai Merauke.
Gambara masyarakat pedalaman akan kegiatan ekonomi kebaharian tumbuh dari pengetahuan dan apresiasi mereka terhadap jasa-jasa positif dan nyata masyarakat bahari terhadap mereka. Jasa kebaharian tidak kalah pentingnya bagi masyarakat pedalaman ialah jasa pelayaran antar pulau. Dari sejak dahulu para pengembara/perantau dan pedagang antar pulau selalu memanfaatkan jasa perhubungan laut. Pada kenyataannya, dari waktu ke waktu peranan jasa pelayaran di Indonesia semakin penting dimungkinkan daya tampungnya lebih besar dan tarif angkutan laut masih selalu lebih rendah dari pada tarif pesawat.
Wawasan kelautan masyarakat pedalaman juga tumbuh dari kenyataan bahwa dari waktu ke waktu semakin banyak pula orang pedalaman yang terlibat dalam sektor kebaharian melalui lembaga pendidikan di sekolah-sekolah kelautan dan perikanan. Pengetahuan dan gambaran dunia kebaharian melalui mitologi dan informasi, penilaian dan apresiasi terhadap jasa-jasa masyarakat bahari, dan harapan bagi generasi muda untuk mengakses pendidikan kebaharian dan peluang kerja pada sektor kebahrian tersebut, tentu akan menyumbang pada peningkatan kadar budaya kebaharian masyarakat pedalaman pada tingkat ideal semata.
2.    Masyarakat Maritim Aktual di Indonesia
Berbeda halnya dengan masyarakat bahari pada tatanan ideal, konsep masyarakat bahari yang aktual merujuk pada kesatuan-kesatuan sosial yang sepenuhnya atau sebagian besar menggantungkan kehidupan sosial ekonominya secara langsung atau tidak langsung pada pemanfaatan sumber daya laut dan jasa-jasa laut. Mereka terdiri dari kesatuan-kesatuan kelompok kerja seperti komunitas nelayan dan pelayar, Angkatan Laut dan Satgas Keamanan laut,pekerja tambang, pedagang dan pengusaha industri hasil laut, dan kawasan industri pariwisata.
Kesatuan sosial masyarakat bahari tersebut kebanyakan bersal dari daerah pedesaan dan perkotaan pantai dan sebagian lainnya berasal dari pedesaan dan perkotaan pedalaman. Sebagai kesatuan kelompok kerja, satuan tugas, dan komunitas, tentu memiliki sistem sosial budaya masing-masing yang berfungsi sebagai pedoman perilaku hubungan kerja sama dan praktik pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya dan jasa-jasa laut.
3.    Cikal Bakal Masyarakat Maritim di Indonesia
Jika melacak cikal bakal masyarakat maritim Indonesia, maka di antara sekian banyak kelompok-kelompok suku bangsa pengelola dan pemanfaat sumber daya dan jasa-jasa laut yang ada seperti nelayan dan pelayar, menurut Adrian Horridge, suku-suku bangsa Bajo, Mandar, Bugis, Buton, dan Madura dianggap sebagai pewaris kebudayaan maritim  dari ras Melayu-Polinesia perintis dan pengembang kebudayaan maritim di Asia Tenggara sejak ribuan tahun silam.
Sejak beberapa dekade terakhir, bukan hanya kelompok tersebut dianggap sebagai masyarakat pewaris dan pendukung kebudayaan maritim di Indonesia, tapi tidak terkecuali bagi smeua komunitas pesisir dan pulau-pulau dari Sabang sampai Merauke yang telah menggagas dan mengembangkan sektor-sektor ekonomi berkaitan sumber daya dan jasa-jasa laut di sekelilingnya.
PENUTUP
Kesimpulan
            Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui pengertian sistem yang dikemukakan oleh Talcott Parsons dimana sistem sebagai sebuah pengertian yang menunjuk pada adanya saling ketergantungan antara bagian-bagian, komponen-komponen, dan proses-proses yang mengatur hubungan tersebut. Konsep masyarakat maritim di Indonesia yang terdiri atas masyarakat ideal, masyarakat aktual, dan cikal bakal masyaratkat maritim di Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
Tim Pegajar WSBM. 2011. Himpuanan Materi Kuliah Wawasan Sosial Budaya Maritim (WSBM). Universitas Hasanuddin.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Laporan Proses Membuat Sabun

Ini Tugas kimia Terakhir Kami. Semoga Bermanfaat!!!! LAPORAN KIMIA “PROSES MEMBUAT SABUN” OLEH: Kelompok III KELAS : XII IPA_1 v A. Alda Widayanti v A. Patma Ulandari v A. Sugianka v Aldi Adriandi v Astia Mayang Sari v Elma Dwi Handayani v Hesti v Irawati v Irsandi v Muhammad Ade Zaini Akbar Nasution v Safira Maynar v Syarif Alkadri Dasi SMA NEGERI 1 LAPPARIAJA TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Kata Pengantar Bismillaahirrahmaanirrahiim.... Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatu.. Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. karena atas Rahmat dan Hidayah-Nya lah. Kami dapat menyelesaikan laporan yang berjudul “Proses Membuat Sabun” dalam rangka memenuhi tugas mata pelajaran Kimia. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini terdapat kekurangan dan masih jauh dari sempurna. Maka dari itu kami membutuhkan saran dan kritik dari para pembaca yang sifatnya memba

Dekomposisi

  Laporan Praktikum Dasar-Dasar Ekologi DEKOMPOSISI Nama               : Safira Maynar Nim                  : G11116537 Kelas                : Ekologi B Kelompok       : 3 (Tiga) Asisten            : S u pyan At Shauri & Siti Halima PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS HASSANUDDIN MAKASSAR 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1.   Latar Belakang Dekomposisi merupakan salah satu tingkatan yang paling penting dalam daur biogeokimia. Tingkat dekomposisi merupakan suatu keadaan ketika unsur-unsur hara akan diserap kembali oleh tanaman, sebagian besar hara yang dikembalikan adalah dalam bentuk serasah yang tidak dapat diserap langsung oleh tumbuhan tetapi harus melalui proses dekomposisi terlebih dahulu. Proses dekomposisi serasah antara lain dipengaruhi oleh kualitas serasah tersebut (sifat fisik dan kimia) dan beberapa faktor lingkungan yang memiliki peran penting s