Malam ke-27 Ramadhan 1445 H Hai jiwa-jiwa yang keruh! Adakah sedih ketika malam yang mulia semakin singkat? Semakin sedikit waktu kita di penghujung bulan yang agung. Ramadhan akan beranjak, menangislah wahai jiwa. Tangisi dirimu, apakah gerangan yang membuatmu kalah? Tatkala setan telah dibelenggu. Ramadhan sebentar lagi beranjak, begitu beratkah dosa yang kau pikul hingga setitik saja cahaya tak mampu menggerakkan lisanmu melantunkan doa sebagaimana yang diajarkan Rasulullah. Rasul kita shallallahu ‘alaihi wa sallam jikalau kita bertemu dengan malam kemuliaan tersebut yaitu do’a: "Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu’anni" (artinya: Ya Allah, Engkau Maha Memberikan Maaf dan Engkau suka memberikan maaf—menghapus kesalahan–, karenanya maafkanlah aku—hapuslah dosa-dosaku–). Maka menangislah untuk dirimu, untuk kerasnya hatimu. Berdoalah untuknya semoga malam kemuliaan ini melunakkan kerasnya hati dan menghidupkan jiwa yang kosong.
Pilihan Allah Saya pernah bermimpi sukses sebagaimana yang digambarkan di bangku pendidikan formal. Bahkan Harvard masuk dalam list, kampus-kampus luar Sulawesi khususnya Bandung, Malang, dan Yogyakarta. Pilihan menjadi Dokter, Ilmuwan, Psikolog, adalah yang teratas dalam hal tersebut. Tidak pernah terlintas apa yang hari ini saya geluti. Bermula dari SMA, ketika Allah memberi hidayah Alhamdulillah. Kemudian ada banyak jalan yang Allah beri dengan cara yang tentu tidak selalu sesuai keinginan, dari kegagalan, saran orang tua, melihat pilihan teman, hingga dengan pencarian sendiri. Dari dulu kalau ditanya mau jadi apa? Hanya 2 jawaban teratas yang terlintas tidak ada yang lain. Penuh dengan keyakinan dalam menjawab, meski dengan pandangan dewasa ini saya menarik kesimpulan bahwa dengan keyakinan itu saya sebenarnya masih dalam proses "Pencarian Jati Diri", orang tua banyak membantu tanpa tuntutan yang berarti. Termasuk keinginan mengambil kesempatan di IPB dengan Jalur und