Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2022

Sang Perindu

Laksana angin yang berembus  Merasuk ke dalam jiwa jiwa yang kosong Menjadi desau yang melegakan.. Begitulah cahaya Islam Merasuk kepada jiwa jiwa para perindu RabNya Rindu akan perjumpaan dengan RabNya Duhai jiwa yang lemah, Tak rindu ka engkau pada RabMu? Tak inginkan perjumpaan denganNya? Jika ya, mengapa jiwamu berada pada kekosongan? Kelam tak berujung, tersesat dalam lingkaran tak berujung, dimanakah muaranya? Kepada RabMu kah? Atau kepada dunia yang begitu fana... Sungguh sakit! Ketika rindu itu terpatri, tapi tak ada usaha, tak ada doa yang menyambut.. Hanya kelam yang merasuk, terbuai oleh waktu dan kenyamanan, melemah - lemahkan jiwa, berputus asa.. Betapa penuh nestapa dirimu, merindu tapi hanya omong kosong! Sakitlah sesakit-sakitnya, menyesallah kelak ketika nyawa di kerongkong... Menyesal tiada ujung, merintih dengan kepiluan.. Oh Sungguh, kembalilah wahai perindu, kembali pada RabMu, bertakwalah, berusahalah menjadi hamba yang taat, berjuanglah untuk perjumpaan yang inda

Konsisten

Beberapa orang paham makna teori konsisten tidak hanya materi tapi juga secara penerapan. Kalau materi sudah paham apa itu konsisten, bagaimana, berapa, dan untuk mencapainya.  Tapi, pada penerapan lah ilmu konsisten akan senantiasa diuji. Misalnya, konsisten dzikir pagi dan petang setiap selesai agenda shalat subuh, tapi hanya 2/10 yang bisa konsisten dijadwal yang telah disusun nya. Apalagi dimasa online yang begitu dinamis sangat sulit. Konsisten itu perlu disertai tekad, di atas sepertinya tidak mudah. Benar, konsisten butuh perjuangan terlebih melawan hawa nafsu (bosan, kurang fokus, maunya santai, dll). Jadi, sulit bukan berarti tidak bisa. Mulai lah dengan langkah kecil, sedikit-sedikit baru tambah targetnya. Insyaa Allah bisa, dan punya potensi. Bukti nya adalah Shalat, konsisten 5 kali dalam sehari meski kadang disertai rasa berat. Tapi sampai hari ini bisa bertahan, artinya kamu bisa. Yuk, belajar konsisten! Jangan fokus pada kekuarangan tapi ciptakan peluangnya.

Tidak jadi berlian tanpa tempaan

Tidak jadi berlian tanpa tempaan. Yang menempa harus kerja keras, lelah, keringat, panas, dan semua kakuatan yang dibutuhkan untuk manjadikan sebuah batu menjadi berlian. Dalam menempa harus tega, karena ada bagian-bagian yang harus terbuang. Tega untuk memukul tapi disertai kehati-hatian. Apatah lagi manusia? Makhluk yang diberi akal, penempa dan yang ditempa. Maka rujukannya adalah bagaimana Rasulullah menempa para sahabat, lihatlah sebagian kisah dimana keluarga Yasir diperlihatkan untuk kita dan bagaimana terhadap bilal ketika menghadapi kaum Quraisy, lihat bagaimana sikap Rasulullah.